Cheap Enough? AKRA (AKR Corporindo)
- Rio Adrianus

- 13 Apr 2020
- 3 menit membaca
Sebagai distributor BBM yang ditunjuk oleh Pertamina, bisnis AKRA tidak kelihatan lucrative dari sudut economic profit. Apa yang sejauh ini jelas adalah AKRA bukan perusahaan wealth creator sebagaimana ditunjukan jelas dari EVA negatif yang persisten.

EVA negatif yang persisten ini terjadi karena bisnis AKRA tidak mampu menghasilkan ROIC di atas cost of capitalnya (saya pakai 12%). Sejak tahun 2018, kondisi ini semakin parah.

Saat ini, salah satu penyebab utama penekanan ROIC (atau EVA margin) terletak pada penurunan operating margin.

Penyebab utamanya, tidak lain adalah kenaikan harga minyak relatif terhadap rupiah. Kuncinya adalah harga minyak dalam mata uang domestik. NOPAT margin naik pada 2014-2016 karena Oil/IDR anjlok, kemudian NOPAT turun besar pada 2016-2018 karena Oil/IDR naik. Clear with chart. Di 2019 situasi lebih baik.

Dari sisi value, perusahaan wealth destroyer bukan investasi yang menarik bila harga pasarnya di atas book valuenya (invested capital). Harga di atas book value untuk perusahaan seperti itu berarti investor menaruh harapan besar akan adanya turnaround.
Entah mengapa, ini yang terjadi pada AKRA. EV/Capital (atau P/BV) perisisten di atas 1 sebelum 2018.

The market is wrong. Khususnya pada tahun 2017 ketika economic profit tidak membaik (tidak seperti pada tahun 2015), dan akhirnya memburuk sejak saat itu.
Pada harga saham saat ini, 1.970/share, investor akhirnya merevisi valuasi mereka ke sesuatu yang lebih realistis: AKRA adalah value destroyer. Hal ini ditunjukan dari EV/Capital (atau P/BV) dibawah 1, dan juga MVA negatif.

Dengan share price reverse-engineering saya menemukan kalau market saat ini secara efektif tidak menaruh growth expectation pada AKRA. Bila ini terjadi sebelum coronavirus terjadi, saya akan menganggap AKRA saat ini cukup menarik.
Realita corona mengubah banyak hal. Saya hampir tidak menemukan alasan mengapa economic profit AKRA tidak jatuh besar di tahun ini. SPBU sangat sepi, banyak restriksi transportasi, dan hampir tidak mungkin business-as-usual pulih dengan cepat setelah banyak yang di PHK dan semacamnya.
Tapi berita Q1 2020 kalau sales AKRA naik 40% mengubah persepsi awal saya. Data first, opinion later. Coba kita re-cap fakta-fakta relevan saat ini:
1. Sales Q1 2020 naik 40% yoy. Sulit membayangkan sales tahun ini tetap bagus dengan respon korona yang sedang terjadi. Tapi kenaikan 40% di Q1 juga membuat kontraksi sales besar-besaran sulit terbayang. Saya pikir akhir tahun ini sales terkontraksi 10%, dan ini saya nilai sebagai pandangan yang agak pesimist.

2. Oil price anjlok, tapi begitu pula dengan rupiah. Dengan demikian, net effectnya terpuruknya oil price menjadi minim terhadap profitability.
Point 1 & 2 membuat prospek profitability yang diukur dengan EVA margin menjadi lebih buruk. Setidaknya sulit membayangkan skenario yang lebih baik dari tahun lalu.

Gambar yang serupa juga tampak pada ROIC.
Dengan demikian, kontraksi EVA di tahun ini hampir tidak mungkin terhindarkan. Proyeksi EVA momentum: -1,6%.

Prospek EVA akhir tahun seperti di atas membuat AKRA tidak menarik di harga saat ini dari pandangan saya.
Saya menilai AKRA sudah melewati fase ektrem optimistis di 2017 dengan konsekuensi pendulum mood bergerak ke ekstrem yang lainnya. Di harga saham saat ini, dan bahkan di lowest point kemarin di 1.400/share, implied ekspektasi investor masih terlihat netral (lihat MVA di atas) relatif terhadap performa real AKRA.
Bukan berarti AKRA akan selalu menjadi tidak menarik. Ada point dimana akhirnya harga saham AKRA akhirnya menawarkan kesempatan lucrative. Dan ini menjadi sangat penting diingat: kondisi seperti saat ini tidak akan permanent. Di saat masyarakat akhirnya bisa menjalankan kehidupan ekonomi dengan lebih normal, bisnis seperti AKRA akan mengalami turnaround yang kuat, simply karena tahun ini hancur.
Potential investor perlu keep in mind apa yang terjadi di tahun 2015 ketika EVA AKRA naik. Magnitude EVA growth yang terjadi saat rebound kondisi ekonomi terjadi akan jauh lebih besar dari 2015, terutama ketika orang sudah tidak panik beli dollar lagi (saya percaya penguatan dollar yang terjadi tidak rasional).
Apa yang saya coba katakan disini adalah ada potensi fundamental (reversion to the mean) yang membuat kesempatan besar untuk investor yang bersabar dan bet kalau AKRA akan jatuh lebih dalam lagi, lalu mengambil kesempatan tersebut untuk beli. Harga IPO AKRA di sekitar 800/share. Thatās a good reference.
Important note:
Risiko apabila sales ternyata anjlok jauh melebihi dugaan di atas:
Berhubung bisnis sebagai distributor BBM memerlukan modal fixed asset besar, terutama setelah AKRA kelihatannya menaruh lebih banyak fokus ke bisnis pengembangan kawasan industri, sales yang anjlok besar ini akan menaruh banyak efek negatif ke profitability. Ditambah dengan pelemahan rupiah, situasi menjadi lebih buruk untuk profitability.
Climate Notes
COVID-19 reveals three reasons why fighting climate change is so hard.
This is a sobering, yet realistic contemplation.



Komentar