EVA Brief: ABMM (ABM Investama) Q3 2021
- Rio Adrianus

- 25 Feb 2022
- 3 menit membaca
Potensi saham ABMM dimention oleh seorang pembaca. Dilihat sekilas, record-breaking net income di Q3 2021 mensuggest strong possibility kalau bisnis ABMM mendapat tailwind kencang dari kenaikan coal price. Seperti dalam message Presiden Direktur ABMM,
The achievement of the ABM Group's performance in 2021 is very good when compared to the previous year. This achievement is the highest achievement since ABM was founded. Apart from external factors such as rising coal prices that we cannot control, productivity at the frontline is the main key to achieving ABM's performance in 2021.
Dalam analisa PTBA āEVA & Brief Discussion on COP 26 Bottom Line: PTBA Q3 2021ā, di 2 Desember 2021 (sekitar sebulan setelah COP 26 selesai), saya melihat strong case untuk significant return dengan pricing saham saat itu karena kondisi perusahaan coal menjadi sangat berbeda. Untuk alasan personal, saya tidak invest di saham batu-bara. Return yang saat ini sedang berlanjut dinikmati oleh ipar dan teman saya.
ABMM adalah kontraktor jasa tambang batu-bara, bukan pemilik situs tambang seperti PTBA. Tapi kita bisa expect kalau tailwind kenaikan harga coal juga berpengaruh positif untuk ABMM.

Seperti halnya perusahaan komoditas lainnya, kenaikan harga record breaking berbagai macam komoditas sejak awal pandemi 2020 adalah game changer.
Gross margin ABMM saat ini berada di level tertingginya di sekitar 30%. Thanks to coal price.

Apa ini artinya untuk value ABMM? Everything has changed.
Sebelum tahun 2021, bisnis ABMM adalah money losing business untuk investornya. Economic profit (EVA) negatif persistent (pengecualian di tahun 2018 untuk alasan yang sama: kenaikan coal price). ROIC hanya 3-6%. Menempatkan ekspektasi kalau nilai ABMM bisa di atas capital investednya adalah proposal yang berbahaya.

Most likely, IPO ABMM highly inflated. Kita melihat harga saham ABMM terus menerus jatuh sejak IPO. Jejak inflated price terlihat dari EV/Capital ABMM di tahun 2015 masih 1,4x. Itu ketika harga saham ABMM masih 2.700/share.
Starting point inflated price inilah, dalam pandangan saya, alasan di balik harga saham ABMM tidak naik ketika coal price naik di tahun 2017-2018.

Chart di atas menunjukan point saya tadi. Bisa dikatakan di tahun 2018 harga saham ABMM baru mendekati level yang jauh lebih rasional, dengan kondisi coal price tahun 2018. Keadaan bagus di tahun 2018 tidak berlanjut dan investor kembali melakukan re-assessment.
Important to note kalau EVA ABMM di tahun 2019-2020 jauh lebih baik dari tahun 2015-2017. Ini disebabkan karena management ABMM merampingkan operational costs sejak kenaikan coal price 2017-2018. Tapi harga saham ABMM terus jatuh. Tidak ada hal misterius disini ketika kita bisa melihat betapa highly inflated harga saham ABMM sejak IPO.
Tapi mesin downward spiral ekspektasi investor ABMM berhenti mendadak dan banting setir di tahun 2021 karena everything has changed. ABMM mendadak menjadi perusahaan yang highly profitable untuk investornya, dan jauh lebih penting lagi, saya melihat kalau investor masih jauh kurang mengapresiasi perubahan mendadak ABMM ini. By the time pembaca membaca analisa ini, mungkin sebagian pembaca merasa sudah ketinggalan kereta. Pandangan itu, menurut saya, akan berujung ke missed opportunity yang signifikan.
Pertimbangkan seberapa besar EVA ABMM di Q3 2021 (LTM). Estimasi saya, dengan ROIC 27%, EVA ABMM saat ini sebesar Rp 1,3 Triliun. Thanks majorly to coal price. Kita tahu coal price masih terus naik sejak Q3 2021. Seandainya investor percaya kalau high coal price ini menjadi new normal, yang berarti menjadi basis untuk expect record breaking EVA ABMM di tahun 2021, maka NPV bisnis ABMM akan sebesar Rp 12 Triliun. Dengan harga saham ABMM saat ini di 1.755/share, investor secara implisit menilai NPV ABMM sebesar Rp 0,3 Triliun. Enormous gap. To put this perspective into share price, ambil harga IPO ABMM di 4.000/share sebagai patokan (harga saham ABMM saat ini 1.800/share). Ekspektasi new normal dengan coal price saat ini mengimply potential return 50% dari patokan IPO tersebut. Like I said, enormous gap.



EVA dan NPV itu apa pak?