56: When The Second King Bottomed (Crude Oil)
- Rio Adrianus
- 13 Apr
- 7 menit membaca
Headline berita market saat ini dipenuhi dengan sentiment shock terhadap market plunge yang sejauh ini serupa dengan COVID crash 2020. But this is only the start. Di bulan Desember 2024, saya membuat analisa dengan judul ‘2025: Synchronized Global Market Collapse’. The art of speculation membutuhkan kemampuan lebih dari mengikuti berita. Mainstream media mencoba mengaitkan market crash saat ini dengan Trump tariff. Well, sepertinya mereka lupa kalau sampai di bulan Januari 2025, mainstream narative adalah ‘Trump’s trade’.
Alasan sebenarnya mengapa market crash secara global terjadi ada di perubahan likuiditas di credit market seperti yang saya jelaskan di analisa Desember itu. It’s going to break anyway. Perubahan tariff adalah faktor lain yang akan berperan di masa depan. Tidak ada yang tahu apakah Trump akan follow through atau sekedar gertak sambal. Dan kalaupun diterapkan, apakah ada banyak loophole? Who knows.
Likuiditas di credit market sudah mengalami major shift di September 2024 sebagaimana saya tulis di dalam analisa “Natural Gas Major Turning Point: It Begins With It, and Ends With It” – 29 Sept 2024. Di dalam framework saya, komoditas, terutama energy market, berhubungan erat dengan credit market dalam market cycle kali ini.
Tapi apa yang terjadi di luar dari perkiraan saya. Selagi betul kita telah menyaksikan turning point di stock market dan credit market, tapi semuanya ikut terjual, terutama crude oil. Saat ini kita menyaksikan crude oil hancur bersamaan dengan stock market. Tapi di analisa ini, saya akan menjelaskan mengapa saya pikir crude oil plunge ini hanya akan berumur pendek dan trend reversal menjadi bull market akan menyusul.
Kita mulai analisa crude oil ini dengan sebuah narasi.
Di awal April 2025 ini, kita mendapat trifecta: global equity market crash, bond yield spike, dan crude oil plunging. Trifecta ini tampak seperti perfect narration untuk outlook global recession ke depan. Kenyataannya lebih kompleks. Kita berada di dalam fase dimana terjadi dislokasi luar biasa besar antara real economy dengan stock market yang digerakan oleh sektor banking dan big techs. Point ini saya bahas lebih detail di analisa lain. Disini, kita fokus di oil market.
Ketika menyangkut crude oil, saya mendengar narasi yang sama berulang kali: oil price is low because demand sucks. Crude oil sudah berada di fase trading range sejak akhir tahun 2022 walaupun dunia di tengah perang dengan produsen crude oil terbesar kedua dan perang di Middle East. Kenyataannya, global oil consumption di tahun 2023 dan 2024 membuat all-time high. Di akhir bulan Maret 2025 ini, IEA mempublish annual report yang memberikan data kalau energy demand meningkat tajam di tahun 2024 (Growth in global energy demand surged in 2024 to almost twice its recent average). Selagi betul energy demand dari China melambat, tapi konsumsi negara-negara lain meningkat.
Jadi itu mengenai demand. All time highs. Bagaimana dengan supply? This is the most tricky question. Perhatikan apa yang dikatakan Executive Director dari IEA, “There are many uncertainties in the world today and different narratives about energy”. Different narratives about energy…think about it. Mungkin apa yang dimaksud oleh Fatih Birol adalah salah satu narasi alternatif ini seperti ini: Europe telah berhasil melakukan transisi energy yang bebas dari Russia. Narasi ini berasal dari sumber yang sama yang mempromosikan pandangan kalau Russia telah kalah perang – sebuah pandangan yang bahkan sudah mulai ditinggalkan oleh Washington saat ini. Apa yang jelas untuk saya adalah narasi energy market selama 2-3 tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh kepentingan politik yang anti-Russia dan berimajinasi kalau ekonomi Europe tidak membutuhkan energy dari Russia.
Apa yang saya lakukan disini adalah melihat kondisi oil market dengan perspektif lain: perspektif dari trader.
Wall Street & Mad Max Hardcore Positions
Di analisa ini saya akan menampilkan 2 data sentiment investor di crude oil: net positions money managers di crude oil, dan rasio gold to oil. Yang pertama menunjukan sentiment trader Wall Street dan yang kedua menunjukan sentiment trader dunia Mad Max dimana gold adalah real money. As a rule, di market, ketika gerombolan orang sangat yakin terhadap suatu market, biasanya yang kemudian terjadi adalah trend reversal.
Chart di bawah adalah posisi hedge funds di crude oil yang terdaftar CFTC (news link). Data terakhir adalah awal September 2024 dan menunjukan posisi net short untuk pertama kalinya sejak data ini available.

Data terakhir di MQL5 menunjukan posisi net short di awal April 2025 ini sedikit lebih bearish lagi dari apa yang terjadi di Septeber 2024. It is worth noting kalau data di MQL5 ini sepertinya bukan data yang persis sama yang dipakai di chart Bloomberg di atas. Tapi perbedaan ini minor untuk tujuan kita.
Sekarang, kita akan melihat apa yang terjadi di crude oil market ketika posisi fund managers berada di level extreme.
Mata saya melihat ada 4 point extreme, 3 bears dan 1 bulls: akhir 2011, awal 2016, awal 2018, dan September 2024. Now, let’s bring these dates into crude oil chart.
What Happened When Fund Managers Went All-In

Dengan pengecualian September 2024, semua extreme position dari fund managers ini adalah signal contrarian yang luar biasa. Tapi apakah betul September 2024 adalah pengecualian?
Perhatikan apa yang terjadi di Januari 2018. Posisi fund managers berada di extreme long, tapi market masih sempat membuat beberapa higher highs – walaupun marginal, sebelum akhirnya major trend reversal terjadi. Behavior di tahun 2018 ini perlu kita ingat karena crude oil saat ini membentuk lower low setelah extreme short di September 2024.
Sekarang kita beralih ke data sentiment trader dunia Mad Max: rasio gold to oil. Sejak dunia meninggalkan gold standard, trader Mad Max menilai gold setinggi-tingginya di sekitar 30x crude oil. Dengan pengecualian COVID crash 2020, rasio gold/oil saat ini berada di all-time high di atas 50x.

Sekarang kita akan melihat secara detail apa yang terjadi dengan crude oil ketika rasio gold/oil mencapai maximum value. Ada 6 point dimana gold/oil melebihi 30x: 1970an, 1986, 1988, 2016, 2020, dan saat ini 2025.
Dua chart di bawah menunjukan apa yang terjadi ketika peak ratio ini tercapai yang saya beri tanda panah. Data terawal crude oil di tradingview dimulai di awal 1980an. Saya juga memberikan tanda dimana terjadi notable peak di bawah 30x yang terjadi di tahun 1993, 1998, dan 2009.
Crude Oil vs Gold 1984 - 2004

Crude Oil vs Gold 2007 – present 2025

Penting kita ingat kalau gold/oil adalah ratio. Apabila ratio ini berbalik arah (turun), maka ada dua kemungkinan untuk direksi crude oil: (1) Oil naik, atau (2) Oil turun atau sideways, tapi gold turun lebih kencang.
Apa yang ditunjukan oleh historical data sangat menarik. Di semua kasus (dengan pengecualian data saat ini – karena ratio gold/oil masih belum berputar arah), ketika gold/oil mencapai maximum value, disitu adalah bottom crude oil. Dengan kata lain, ketika ratio gold/oil mencapai titik extreme dan kemudian berputar arah, berikutnya yang terjadi adalah crude oil selalu naik substantial – tidak pernah turun ataupun sideways.
Lalu apa yang terjadi dengan gold? Mixed results. Apa yang terjadi di tahun 1988 dan 1998 tidak membuat gold bulls senang.
So, here we are. Kedua traders Wall Street dan Mad Max sangat bearish oil saat ini. Terakhir kali kita mendapat overlap sentiment extreme negative dari traders Wall Street dan Mad Max adalah tahun 2016. Tapi kali ini jauh lebih bearish. Dari perspektif trend forecast yang tidak sensitif dengan waktu dan harga, saya pikir probability kalau crude oil akan mengalami trend reversal menjadi bullish sangat tinggi.
Sekarang di bagian akhir ini, kita akan mencoba melihat ‘mengapa’ turning point crude oil dimulai saat ini. Berikutnya adalah bagian yang menjawab mengapa analisa ini memiliki judul demikian.
Why Turning Point Now? The Story of Two Kings
By its nature, forecast mengenai timing adalah bagian paling spekulatif dalam analisa market. Tapi ada keteraturan (order) dalam struktur market yang hanya bisa dilihat secara geometri. Di samping itu, market saling terhubung dengan yang lain. Kedua feature ini dirangkum dalam judul analisa ini yang serupa dengan forecast JP Morgan (280: When The King Peaks (JP Morgan) – 19 Feb 2024).
Di analisa itu, saya mengatakan, “Selama bull market JP Morgan masih berjalan, bear market di big banks lainnya seperti BBCA akan mengalami banyak rebound atau trading range. In addition, selama ‘the king of banking’ masih berjalan kuat, maka ‘the king of commodities’ – crude oil – belum berada di fase bull market. In turn, selama crude oil masih tersupresi, likuiditas belum mengalir ke saham-saham perusahaan komoditas, termasuk CPO di Indonesia, dan ini juga berlaku untuk perusahaan coal, nickel, oil, nat gas, dan agricultures.”
Market cycle kali ini seperti kisah 2 raja bertolak belakang yang tidak bisa co-existent, walaupun mereka sebenarnya adalah koin yang sama. ‘The king of commodities’ baru bisa terbit apabila ‘The king of banking’ terbenam. Dual nature ini berasal dari sumber koin dimana kedua raja ini tercipta. Koin ini adalah liquiditas bank central di berbagai belahan dunia sebagai respons COVID dan kemudian mendapat multiplier ketika perang Ukraine – Russia terjadi.
Likuiditas ini, dalam pandangan saya di market cycle kali ini, terlihat dalam trend corporate junk bond spread (OAS). Yield spread mencapai titik teredahnya di bulan November 2024. Ini adalah point dimana ‘musik’ telah berhenti untuk asset bubble terbesar dalam sejarah manusia yang meliputi bitcoin dan big banks stocks (pandangan saya hal ini juga berlaku untuk gold).
Bank of America High Yield Spread (Option Adjusted)

Investor yang bisa melihat hubungan credit spread dengan komoditas, terutama energy market, bisa menilai kalau credit spread akan mengalami shift besar ketika suatu major pivot telah terjadi di Natural Gas di September 2024 seperti yang saya jelaskan dalam analisa ‘Natural Gas Major Turning Point: It Begins With It, and Ends With It’ -29 Sept 2024.
Sekarang kita ke bagian ‘mengapa turning point terjadi di level 56-58’. Geometri. 56 adalah 61,8% (golden ratio) dari range market peak dan secondary low di 11 (ini adalah titik terendah crude oil di tahun1986 dan 1998).
Crude Oil at 61,8% Retracement

Level yang sama juga didapat dengan teknik fibonacci expansion dimana harga saat ini membentuk hubungan 61,8% dengan range downward sebelumnya (current price at 58 = 61,8% of range AB, starting from point C).
Fibonacci Expansion

Di bagian selanjutnya saya akan menampilkan hubungan geometri lainnya dan posisi indikator teknikal tanpa penjelasan.
Extra Charts
Expansion 1

Expansion 2

Confluence between Horizontal & Diagonal

Indicators: Extreme level (Daily)

Indicators: Divergence (Weekly)

Comments